Senin, 05 Oktober 2009

Jingga


Sajak lama kian usang
di makan ngengat pagi tadi
lama-lama besi ini 'kan luruh jua
lama-lama hati ini 'kan luluh juga

samar jelas aku lihat
kepak jalak merebut pagi
dari matahari

maka, jadilah mimpi itu jingga

apinya bakar atiku
membakarnya bagai tumpukan daun
kering di musim gersang

sedang kau masih saja bersalju
beku. tak tahu mau

-muharram,SMAN 6, 3.10.09-

Mendung Pertama Di Musim Kemarau


mendung pertama di musim kemarau
seakan menghujam jantungku
yang kering menanti kepulanganmu

bunga rangkai mulai kuyu oleh gagu udara
dan daki di tengkuk pun mulai menebal kembali

tlah ku siapkan sebuah makan malam untukmu
dengan lilin putih menjuntai tiga baris
yang belum terjamah perawan apimu

anginnya jadi biasa
bukan segar seperti dulu
yang selalu menuntaskan dahagaku
akan dirimu

taukah kau alamat pulang?
bukankah telah ku kirim beribu merpati
-alamatku tak beda dengan terakhir kali kau datang-

dihati aku mengiba
jadi ini menanti

-muharram, sept,09-

Keluarga Sendiri



Sesuramnya aku melihatmu
ku masih lihat pelita
mengintip dicelah gelap pojok kamar kita

berapa lama lagi matahari lahir
lelah aku merangkul kaki
tegak kepala
jinjing beban anak pinak yang belum
reda jua merintih lapar

bayi kita menangis minta terang
minta susu untuk melebur luka
dia lucu benar. perut besar
kecil kaki dan tangan. busung lapar

sayang, kita mesti bertahan
dalam badai gulita ini
kobarkan diri
pincing mata
tutup luka dengan segala ludah

sesuramnya aku melihatmu
ku masih mengintip cinta sesak
diruang hati bersama

-muharram, sept 30.09-