Rabu, 01 September 2010

catatan pementasan Nyonya&Nyonya oleh Teater Kedok.

catatan pementasan Nyonya&Nyonya oleh Teater Kedok.

oleh Engkong Muharram pada 01 Agustus 2010 jam 18:45

salah satu pementasan paling ribut yang pernah saya saksikan.
inilah hal pertama yang saya ucapkan. maklum saja, penontonnya merupakan penonton pemula yang sebenarnya tidak ingin lihat pementasan drama tetapi hanya karena tugas sekolah, melihat teman bermain, atau sekedar menemani. hasilnya, sekali lagi, salah satu pementasan paling ribut yang pernah saya saksikan. saya pernah membaca naskah asli nyonya & nyonya karya motinggo busye yang menjadi acuan sutradara pementasan kali ini. bahkan saya yang mempresentasikan naskah ini padanya.
pementasan menjadi liar. dibuat "aneh" karena kebimbangan saya terhadap bentuk yang diambil. terombang ambing antara realis dan suryalis. sehingga kebingunganpun sempat datang.
ada beberapa kelemahan dalam pementasan kali ini.
pertama, seringnya black out. pemilihan black out yang dilakukan oleh sutradara yang terlalu sering membuat penonton yang sekedar membeli tiket atau penonton beneran tertipu. tiap kali black out selalu ada tepuk tangan. padahal tepuk tangan penonton ini mempengaruhi kondisi pementasan itu sendiri. pemain bisa menjadi berusaha agar lekas menyelesaikan pementasan. padahal ada lebih dari sepuluh kali black out. dan ketika pementasan benar-benar usai, penonton malah tidak melakukan tepuk tangan, mereka pikir mungkin masih ada adegan lain karena seperti itu sebelumnya. mata penontonpun jadi mudah lelah, akhirnya tidak fokus. apalagi bagi penonton "penontonan".
kedua, kelemahan aktor. kelemahan dasar-dasar keaktoran cukup kentara. vokal yang lemah dari beberapa aktor seperti Ny. Samirah, pembantu, dan Tuan Tabrin membuat penonton makin tidak vokus. begitu pula pada laku dan ekspresi yang terlihat kaku dan tegang. saya juga ragu mereka faham dengan karakter yang mereka bawa.
ketiga, bentuk pementasan. bentuk pementasan yang menjadi kewenangan absolut sutradara terlihat aneh. sama seperti yang saya utarakan pada awal catatan ini. sebagai calon mantan mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia, saya bingung harus di masukkan mana pementasan ini. di kotakkan dalam kotak mana. akhirnya saya paksakan masuk dalam kotak pementasan realis. ya. realis, meski ada beberapa adegan yang dibuat agak aneh tapi tetap garis besarnya adalah realis.
keempat, pesan tak tersampai. saya mengira-ngira pesan dalam pementasan ini. berusaha keras hingga saya menyimpulkan bahwa pesan pementasan ini ialah tentang keluarga. ya, hanya keluarga. padahal di dalam naskah asli yang telah dipentaskan oleh banyak kelompok teater lain, pesannya jelas. sesuai dengan keinginan penulis naskah. sebuag sindiran terhadap kehidupan para pejabat koruptor.

tanpa mengurangi rasa hormat. saya sampaikan bahwa pementasan ini membuat saya malas untuk melihatnya. sama dengan pementasan teater SMA muhammadiyah 2 surabaya beberapa waktu lalu. membuat saya ingin cepat keluar.
tapi tetap saja. sebagai penonton yang pura-pura baik saya ucapkan selamat! semoga esok kau lebih baik, wahai Teater Kedok ku.
salam budaya!!

Jika Boleh Ku Panggil Kau Begitu


Sepanjang hari ini ku melamunkanmu
Menghitung tiap senyum pahit
Mengkalkulasi dalam persamaan rindu
dan Ku temukan betapa aku tidak mengenalmu

Boleh saja pasir waktu menggenang bersamamu
Ratusan gelincir matahari mati
tapi Sayap kasih itu masih saja semu
Tak terpandang mata, tak terlukis hati

Kekasih, jika boleh ku panggil kau begitu,
Apakah kau seperti dalam buku
Menyediakan malam dalam segelas susu
Menggelar jerami dan tidur denganku

Kebaya yang ku hutangkan 'tukmu
Mulai lusu di makan udara
Belum lunas ia dibayar
Telah kuyu ia terlipat hatimu

Aku memilih dalam lamunan
Memilih kau mencintaiku
Memilih kau yang menyiapkan makan malan
Memilih aku sebagai segala untukmu

Saat bagun aku ragu

Sayang, jika boleh ku panggil kau begitu,.


-Muharram 7 '10
Masduki Jakaria menyukai ini.

Setelah Kematian-ku


Setelah kematianku
apakah kau bahagia, Ibu?
Kalau aku merasa lebih baik
8 bulan di rahim mu aku sesak

Lelaki yang tak mencintai
dan kau ibu yang mendustai

Ibu, apakah kau menangis?
karena aku atau darah yang mengalir
Aku hanya 1 ons diantara Jins dan karetmu
malu kau tunjukkan aku. dulu

Ku lebih bahagia tak jadi dilahirkan dengan nyawa
sebab aku tahu dunia yang kau punya hanya tipu
Cinta hanya untuk pencuri dan penipu
Bahagia langka bagai Rasul yang hanya 25

Ibu, aku tak menunggumu di Surga
Takkan ada do'a kau agar denganku
Aku dendam padamu
Aku benci padamu
meski dendam dan benci hanya untuk yang bernyawa

-Muharram, Mei '10-

Aku Panggil Nama-mu


Cinta itu mengetuk pintuku
Dengan sopan memperkenalkan diri
Tersenyum manis madu
dan Ia duduk malu menekuni mimpi

Aku panggil namamu


-Muharram, juli '10-

Persiapan menjadi seorang aktor (1)

judul tulisan ini sama dengan buku pertama dari dua buku stanislavski karena memang dari bapak teater modern itulah saya mengambil bahan dalam serial persiapan menjadi seorang aktor.
hal pertama yang stanislavski tuturkan ialah mengenai penciptaan. dalam hal ini ialah penciptaan rasa seorang aktor sebelum ia memulai sebuah latiahan pertama. ia mengatakan bahwa menumbuhkan keinginan untuk mencipta itu sesuatu yang sukar, tapi mematikannya ialah hal yang mudah. hal pertama yang saya perhatikan ialah frase "menumbuhkan keinginan". ternyata keinginan merupakan sesuatu yang amat penting dalam memulai sesuatu, anggap saja seperti niat sholat. tanpa keinginan tak akan ada hal yang terjadi sebab keingian dan gerak memiliki hubungan mesra sebab-akibat. kalau orang zaman dahulu bilang, tak ada asap bila tak ada api, tak kenal maka tak sayang.
selanjutnya, "mencipta itu sesuatu yang sukar". kenapa? karena memang begitu! contoh kasus, ketika anda sekolah dahulu anda diperintahkan membuat puisi oleh guru anda. apa yang ada rasakan pada awalnya? bingung? malas? atau malah gembira ria karena anda memang sedang melankolis? masalah dalam penciptaan dalam teater bukan hanya masalah bentuk itu saja, bukan hanya pada dialog dan gerak karena teater merupakn kepanjangan tangan dari naskah drama yang merupakan karya sastra. karya sastra atau lebih mudahnya saja kita bilang seni biar lebih luas mestilah memiliki dua hal. pertama, dulce yang bermakna indah. kedua, utile yang bermakna bermanfaat. jadi seni itu haruslah indah dan bermanfaat, begitu pula sebuah pertunjukkan teater.
setelah kita mengetahui apa yang indah dan bermanfaat yang akan kita ciptakan dalam sebuah lakon sebagai seorang aktor barulah kita memulai sebuah latihan. proses mengetahui tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara. misalnya, bedah naskah dengan sutradara, dan anggota bidang artistik serta para aktor. dalam bedah naskah tersebut sutradara akan memberikan pandangannya terhadap naskah drama yang akan ia sutradarai, apa yang ia mau, dan apa yang akan ia lakukan terhadap bentuk, karakter, dan taste naskah tersebut. tugas aktor dan anggota bidang artistik ialah mengakomodasi keinginan sutradara kedalam ide yang ia punya. sehingga akan terjadi diskusi panjang tentang pandangan naskah tersebut antara mereka.
setelah jalur pertunjukkan naskah tersebut terlihat, maka dimulailah proses latihan.

"semangat"