MUHARRAM
Jumat, 31 Agustus 2012
Saya
ada banyak mimpi
terbuang jadi debu
aku pernah bermimpi begitu manis
menatap dunia dengan cahaya berkilau
diantara banyaknya gelap yang menyelimuti
ada banyak mimpi
terbuang jadi segala
aku pernah bermimpi amat indah
menyelami surga berpalung warna
seisi lain hanya hitam
hidup
hidup
hidup
hiduplah dalam duri
muharram, 1 september 2012
Selasa, 05 April 2011
Aku Ingin Pulang
Aku ingin punya rumah
dengan Ibu yang menyiapkan sebuah peluk untukku
seseorang yang menanti kedatanganku
dengan tulus tanpa tudung hitam-putih.
Seperti apakah rumah itu?
Dengan dinding anyaman rambut
serta atap teduh matamukah?!
Sungguh jauh perjalanan menuju rumah
ketika mendekat ia menjauh
Aku ingin pulang.
Bisakah?
Tak ada peta atau penunjukka arah.
Tak ada mata yang dapat ku tanyakan kemana
Tak ada angin yang mengabarkan kutup utara atau baratdaya
Perjalan ini makin sepi saja.
Kawan dan berita hanya berlalu,
Sementara gadis-gadis lalu tersenyum gagu.
Ibu,
Wanita yang menanti kepulanganku itu
Akankah setulus rahimmu
Menampungku ribuan bulan
Tanpa bertanya apa dan bagaimana selain percaya.
dalam perjalannya akan ku ceritakan semua hidup ini.
Ibu, ada gadis manis di ujung sana.
Kan ku gandeng pulang jumpa denganmu
Semoga tak lepas ia dimakan sepiku.
Aku ingin pulang.
Muharram, 24 feb 11, entah dimana.
Manisku,
Seperti malam yang gerimis
aku membasahi dirimu dalam rintik rindu.
Apakah kau juga tahu,
ketika hati berbuih gelung syahdu
Ada namamu yang bergelayut
menampar diriku.
Manisku,
Muharram, Sekarang.
Sabtu, 26 Februari 2011
Milenia
Satu hari takkan cukup
menampung cintaku
entah mana yang lebih mampat diantaranya
satu matahari tak bisa menyinari ruang hati untukmu
entah apa cahya
jadi, tersenyumlah, Manisku.
Kalaupun Ia mampat jadi satu hari
kan aku padatkan dalam satu hembusan nafas, Ijab-Ku
Manisku, perahu kita bukan kapal cepat
bahkan kapal pesiar
cukup perahu kayu asmara dan taing percaya
Manisku, tersenyumlah
Ku kecup manismu disana
bergandeng tangan bukan hanya sehari
tapi bermilenia surya.
-Muharram, 140211-
Kerja
Dik, hari ini sepeda angin dulu yang mampu ku beli
nanti. nanti. nanti,Dik. Mas akan beli sepeda motor
sabarlah. bukankah kita sudah terbiasa untuk sabar
bersabar pada harga yang kian menjauh serta
kemuraman yang keterlaluan mendekat
sabar,Dik
Pak Presiden kita yang gagah itu bilang ekonomi kita meningkat
Rakyat sejahtera, dan pendapatan negara menembus sejarah
aku percaya padanya,Dik.
ya! kita semua harus percaya pada Sang Tuan Paduka Presiden Republik ini
orang seperti beliau dan keluarga serta teman-temannya
tentu memikirkan nasib kita.
rapat-raoat sudah terlaksana, bahkan gebrakan telah dimulai
sabar,Dik. hasilnya masih sabar.
sepeda angin ini bisa bawa kita kemana saja
nanti klo Mas libur kita jalan-jalan.
nanti. nanti. nanti,Dik
biarlah Pak Dewan yang berlibur dulu.
mereka sudah banyak kerja buar kita. Rakyat Indonesia
mereka pantas dapat jatah liburan keluar negeri
liat tari perut juga gak apa-apa
(perut kok ya diliat hahahaha entahlah kan mereka lebih pintar)
Dik, Mas tidur dulu ya. bangunkan aku satu jam lagi
kita harus bangun lebih pagi dari matahari dan tidur lebih malam dari bulan
kita mesti kerja!
Muharram, Feb 11
Sekayuh Berdua
Hari lalu ada kabar dari abang.
Katanya purnama nanti kan datang Ayahda.
Meminta Nasibku untuk berduet denganmu
Aku nanti jua hari ini tiba.
Berdebar jantungku yang hendak berbagi denganmu.
Dengan mutiara-mutiara yang nanti kan muncul dari benihmu.
Bang, hari mendung begini
Mantel kau bawakah?
Yang ku pikir sekarang,
Siapa yang mengayuh becakmu kemari
Ayahda atau dirimukah,Bang?
Mungkin pula bergantian mengayuh demi tanak nasi di dapur
Dan aku tersenyum,
Membayangkan bulan haji depan aku yang kau kayuh.
Muharram, Des10-Jan11
Alamat
seperti malam kemarin,
ketika lemah kaki merayapi sepi yang mulai menghutan
aku tahu sudah kemana harus melangkah
tak perlu sinar seberkas atau pelita lilin
cukup sudah hati dan tekad menerangi jalan
tinggal kini aku menanti dalam jalan
apa yang ada di depanku?
alamat pulang masihlah jauh
sebab peta menunjukkan banyak tikungan gunung dan neraka
belum jua aku temui mereka lebih dari kemarin.
alamat pulang masihlah jauh
atau ia hanya sejengkal dari mataku?
muharram,