Itulah harapanku tahun ini. Ketika detik mengubah waktu menjadi 1 muharram aku berdoa dengan bertelanjang dada. Menghadap utara dan mulai memasang earphone. Ku tekan play pada lagu yang telah ku pilih dan ku susun secara dramatis untuk merayakan tahun baruku. Better man pun terdengar sebagai sebuah keluhan dari suara lelaki inggris ini, Robbie Williams.Ya. Pasti aku ingin menjadi seorang lelaki. Lelaki bukan anak-anak lagi. Dan tentunya lebih baik. Melepas kesepian dengan jiwa yang lebih kuat menghadapi segala kesakitan menghadapi hidup yang makin,… entahlah makin apa. Yang aku tahu duniaku jadi lebih penuh sesak dengan masalah. Masalah satu menjadi tiga masalah baru. Dan dari tiap masalah itu muncul tiga masalah baru lagi. Lagi. Lagi dan lagi. Bayangkan harus berapa kali aku harus putar kepala menuntaskan mereka satu-satu. Dan sayangnya, tak satupun pernah kusentuh dengan kata akhir. Andai kata aku ikut sebuah MLM mungkin aku akan bergelar diamond sebab aku punya banyak cabang (kalau dulu kaki-kaki atau piramida).
Previous track. Aku ingin merasakan lagi menjadi lelaki yang lebih baik.Huh. Susah betul bila aku telah sampai pada titik ini. Tempat ketika aku berkaca dan memandang diriku yang terlihat miskin. Miskin secara konotasi dan denotasi. Kiasan dan harfiah. Tapi tak pernah aku terima zakat bila datang hari besar. Bukan karena aku merasa tak berhak atau malu, tapi karena aku memang vegetarian. Untunglah aku vegetarian, jadi aku bisa lebih irit makan.
Pernah suatu kali aku menjadi pelayan disebuah restorant. Temanku managernya. Ia kasian melihat aku selalu berhutang padanya terus menerus tiap awal bulan untuk bayar kost –atau dia yang tak mau utangi lagi makanya menawarkan aku pekerjaan?-. menjadi pelayan ternyata melelahkan dan sangat membosankan meski kadang segar mataku memandang wanita-wanita cantik yang tiap hari makan disana. Tak bertahan lama, cukup dua hari kerja dan empat hari percobaan kerja aku keluar. Tanpa pamit ke temanku dan tanpa uang pesangon. Setalah itu tak satupun teman yang menawari aku pekerjaan. Masalah baru.Norah Jones. Cantik. Cantik sekali lagu ini. Don’t Know Why.
Menarik aku kembali pada masa cantik. Ya, masa cantik bersama gadis cantik dengan mata yang membuyarkan lamunanku tiap malam. Membangunkan aku dengan sebuah pesan singkat tiap pagi. Sayang, bangun dong J. Kuliah. Aku tunggu ya. Muah. Ah, indah. Tapi kini ia telah entah dimana. Tak tahan ia dengan kediaman aku pada satu titik tanpa mau beranjak untuk lari mengejar mimpi.Mimpinya sama denganku. Mimpi kami ingin menjadi seorang yang luar biasa. Berbeda dengan orang lain. Kami ingin membangun istana kami sendiri bukan dari emas atau berlian tapi dari bunga yang mekar dalam ide-ide untuk terus menemukan dan berkarya. Laksmi, nama si cantik itu, telah menemukan jalannya. Dibujuk rayunya aku untuk berlari dengannya tapi aku memilih diam dan terus bermimpi. Hanya bermimpi. Akar masalah!Tahun lalu, aku meneguhkan hati untuk kembali seperti sediakala ketika semangat dan mimpi berjalan bersama. Telah kusiapkan agenda yang detail, rencana dan target tiap minggu dalam satu tahun. Minggu pertama, pulang kampung untuk mohon maaf sebab telah tiga kali hari raya suci aku tak pulang – aku bohong pada bapak ketika mengatakan aku sibuk kerja saat itu-. Telah ku siapkan tas ransel besar dan target hutangan. Sabtu besok aku berangkat. Rabu aku buat rencana, jumat aku kembali bermimpi. Tak jadi pulang.Minggu kelima aku kembali buka agenda.Target : kerja!!! (yang menghasilkan uang!!! Jangan Cuma bantuin bu kost cuci piring)Teknik : 1. Minta joko kerjaan jadi pelayan. 2. datang ke rumah anwar, minta kerjaan jadi tukang ketik direntalnya. 3. ke Pak Kus, minta kerja jadi penjaga warnet atau wartel atau tukang parkirnya. 4. ke Ani, dengan wajah melas minta kerjaan jadi supir motor bebek pribadinya . 5. salah satu harus bisa!!!!Target tercapai cukup dengan satu teknik. Aku sudah sumringah. Sebagai pelayan aku punya seragam. Kaos oranye dengan celana hitam serta bandana hijau. Bolak-balik aku pinjam handphon joko. Foto-foto. Hasilnya? You know-lahAku mulai berpikir bahwa akar dari masalahku saat itu ialah ketidakberanianku untuk keluar dari lingkaran. Lingkaran yang tiap orang punya. Bakat. Kemampuan. Kecakapan. Tiap kali ditanya apa bakat ku? Aku menjawab dengan tenang, yakin, dan penuh kobaran api; menjadi pemimpin sebuah perusahaan go publick berkelas internasional. Karena tak ada kesempatan menjadikannya nyata maka aku harus membuat sesuatu yang baru. Otakku mencari-cari bakat apa yang masih terpendam dalam diriku. Dengan yakin dan atas rachmat Tuhan Yang Maha Esa aku memilih menciptakan lingkaran baru; aku berbakat menjadi seorang penulis jenius, menjadi sentral dari angkatan baru dalam sastra. Itulah aku.Ku tekuni buku-buku teknik menulis dan berekspresi milik perpustakaan kampus. Ku pilih genre puisi sebagai batu awal pondasi mahakaryaku. Terciptalah puisi dengan judul terbaik sebab kurasa aku terlalu kuat untuk dunia ini.
Terbaik.
Dunia inikah yang ku nanti?
Lama-lama aku diam dalam mimpi
Hanya sampai sini kaki tertatih.
Puncakkukah ini?
Kenapa begitu dangkal aku mencari.
Mereka datang mereka pergi
Aku tak bisa gerak kanan kiri.
Inikah hidupku?
Terasa beda dengan semesta yang merayu biru.
Cintakah ini?
Kenapa dusta menganga bentuk jurang buaya
Tampar pipi dengan pipi
Tampar bibir dengan bibir
Tampar laki dengan pawestri
Terbaikkah ini?
Ketika aku tak kemana, sementara dunia
Berputar satu kali dua puluh empat jam.
23 dzulhijah
Berhari-hari setelah pusi pertama, kuciptakan sebuah cerita pendek dengan tema ketakutan seorang gadis kecil yang tinggal dengan mamanya yang pemabuk disebuah kota kecil disalah satu negara pecahan Soviet. Puisi dan cerpen itu sempat terbaca Niar, pacar kurnia, temanku, katanya cukup bagus dan dengan gesture sastrawan perlente aku katakana bahwa masih banyak karya besar akan lahir dari goresan tanganku, aku mengatakan dengan menjepit kretek menyala yang tak pernah kuhisap. Kerenkan? Sangat LAKI-LAKI!!!
Dian, seorang kawan perempuan mirip Suciwati, isrtu Alm. Munir, memberiku inspirasi. Dia telah menulis beberapa kali dalam sebuah kolom di suratkabar terkemuka nasional. Setiap kali tulisannya terbit, ia mendapat honor Rp.400.000. bayangkan saudara-saudara berapa banyak uang yang akan aku dapat melalui karya-karyaku. Dengan berekal dua karya awalku aku akan dapat Rp.800.000, apabila dalam satu minggu aku menghasilkan sepuluh karya aku akan dapat Rp.4.000.000. Wow! Untuk kumpulan puisi terbaruku nanti, aku minta bapak Budi Darma memberikan sedikit ulasan singkat dan tentunya pujian terhadap karyaku tentu saja.Amplop coklat itu tak pernah beranjak dari meja serbaguna di kamarku. Tak jadi aku kirim.Sampailah aku pada tahun baruku ini. Hidup dengan mengandalkan kerja serabutan -membantu mengerjakan tugas adik kelas- ternyata cukup membuatku untuk tetap survive melawan kejamnya,… kejamnya dunia. Kadang aku bantu-bantu sedikit di warnet Pak Kus biar dapat tiga jam gratis atau sekedar nasi goreng jawa.Tahun ini tak kubuat target dan tekniknya. Tahun ini kubuat diriku berjalan dengan angin, berlari dengan hujan sebab telah kutemukan lingkaran sejatiku. Aku ialah seorang pemimpi. Pemimpi sejati.Corinne Bailey, Like a Star. mengalun pelan. Yes, I am.
Surabaya, 24 april 2009.
Mona Is Aziza menyukai ini.
Mona Is Aziza Left you by a half of fun. Don.t know why i didn.t come. #Norah jones-don.t know why#
masuki facebook saya di muharram_ham@yahoo.com Mona Is Aziza, Predita Arie Ayu Putri dan 2 orang lainnya menyukai ini. Retno Wulan Ngefans bgt deh notesnya mas mamat :D
LAWAN CATUR Karya Kenneth Arthur (Kenneth Sawyer Goodman)
Terjemahan WS RENDRA
SAMUEL Bagaimana, Antonio ( tersenyum ) Rupanya kau telah kehilangan kecerdikanmu
ANTONIO Sebentar,Yang Mulia
SAMUEL Pionnya barangkali..
ANTONIO Bukan ( main ) Nah… sudah
SAMUEL Aha ! Begitu ? Bagus…bagus…! Kecerdikanmu telah kembali bukan ?
ANTONIO Apakah waktunya sudah habis, Yang Mulia ?
SAMUEL Belum. Kita masih punya waktu 10 menit untuk permainan ini.
ANTONIO Yang Mulia sudah bosan main catur rupanya…
SAMUEL Tidak. Aku tidak pernah bosan main catur. Dengar, Antonio. Apabila aku bosan main catur, itu artinya aku bosan hidup.permainan catur adalah tantangan bagi ketajaman otak dan kekuatan sikap jiwa manusia : sebagaimana taktik cinta, taktik perang, politik dan lain sebagainya. Apabila permainan caturku buruk, aku akan berhenti jadi Menteri Urusan Kepolisian. Kita orang pemerintah tidak hanya meletakkan nyawa dalam kekuatan tangan kita, namun juga harus mengasah kepala untuk menjalankan tugas seefektif mungkin. Kita harus tetap menjaga agar sempurna, persis geraknya, licin jalannya. Ya…ya..begitulah caranya kita mengabdi pada pekerjaan kita. Apabila mesin – mesin dalam kepala kita mogok atau macet, kita tak pula lagi berarti apa-apa.
ANTONIO Tetapi pikiran Yang Mulia melayang agaknya…
SAMUEL Begitukah ? baiklah, baik ( main dengan cepat ) Nah..lawanlah ini kalau kau bisa.
ANTONIO Sebuah gerakan yang dapat menyelamatkan Raja Yang Mulia…
SAMUEL Kau rasakan sekarang. Aku melamun, aku bermimpi, pikiranku melayang dan kemudian datang gerakan secepat kilat. Ketangkasan taktik pada lintasan akal sekejap itulah letak kekuatannya.
ANTONIO Itu namanya inspirasi, Yang Mulia !
SAMUEL Mungkin. Tetapi di balik inspirasi itu kita tidak boleh melupakan taktik permainan.
VERKA masuk
VERKA Apakah Yang Mulia memanggil saya ?
SAMUEL Apakah ada orang yang bernama Oscar Yakob ?
VERKA Seseorang yang bernama Oscar Yakob membawa surat keterangan dari yang mulia, menunggu di ruang sekretaris.
SAMUEL Saya memperkenankan kau membawanya kemari 10 menit lagi.
VERKA Harap dimaafkan, Yang Mulia. Tuan Sekretaris mohon bertanya apakah perintah yang diberikan Antonio memang benar ?
SAMUEL Perintah apa ?
VERKA Bahwa orang yang bernama Oscar Yakob itu tak perlu di geledah ?
SAMUEL Tak ada alasan untuk menggeledah orang itu ( verka pergi )
Giliranmu main Antonio. Kita masih punya waktu dua menit untuk main catur dan satu menit untuk tanya jawab.
ANTONIO Ahaa …saya dapat menskak mat Yang Mulia dalam lima langkah.
SAMUEL Tapi dua menit sudah habis. Sekarang katakanlah, apakah agen-agenmu tidak salah dalam mengusut keterangan mengenai orang yang bernama Oscar Yakob itu ?
ANTONIO Sangat pasti, Yang Mulia. Saya mohon kepada Yang Mulia kemarin, karena telah diketahui oleh agen-agen saya bahwa orang yang bernama Oscar Yakob itu masuk kompotan anti pemerintah, dan dia mendapat tugas dari pimpinannya untuk membunuh Yang Mulia. Dua orang bawahannya telah kami tangkap dua minggu yang lalu, dan yang tak mesti diragukan lagi adalah mengenai orang yang bernama Oscar Yakob itu. Laporan mengenai sejarah hidupnya, sejak dia lahir sampai sekarang telah kami serahkan kepada Yang Mulia. Tentu Yang Mulia telah memahaminya.
SAMUEL Ya… ya…riwayat hidupnya telah kuhapal di luar kepala. Meskipun begitu, aku telah menganugerahkan kepadanya untuk mewawancaraiku secara pribadi. Juga telah aku perintahkan dengan tegas untuk tidak menggeledahnya. Singkatnya, aku telah melakukan pekerjaan yang sangat tolol, bukan ?
ANTONIO Saya tidak berhak meragukan kebijaksanaan Anda, Yang Mulia
SAMUEL Ah ..?! kau tak berhak meragukan kebijaksanaanku ? tapi dalam hati kau meragukannya. Aku melihat semua itu di balik pandangan matamu ketika kau berkata dalam hati : ”Yang Mulia Samuel Glaspel, dibalik omongannya yang manis, sudah tidak seperti biasanya lagi. Dia telah mundur. Dia telah kehilangan sesuatu yang menyebabkan kehilangan kekuatannya !” Apa kau kira aku takut ?
ANTONIO Yang Mulia…
SAMUEL Terus terang, aku sendiri kadang-kadang berpikir begitu. Bahwa sekali waktu tak akan ada lintasan akal yang muncul seperti kilat, dan bahwa aku akan dibikin skak-mat untuk selama-lamanya. Itulah sebabnya kau kusuruh kemari untuk berjam jam main catur denganku. Aku sangat terganggu untuk melakukan permainan dengan.. Oscar Yakob itu.
ANTONIO Jadi, Yang Mulia punya alasan pasti untuk bertemu dengan orang itu ?
SAMUEL Toh, kau tak akan bisa memahami alasanku ini.
ANTONIO Orang itu ditugaskan untuk membunuh Yang Mulia
SAMUEL Biarlah…
ANTONIO Tapi dalam hal ini saya mengusulkan kepada Yang Mulia…untuk…tentu akan lebih aman apabila…
SAMUEL Cukup ! Jangan bicara padaku seperti anak kecil. Aku tahu apa yang tengah kau pikirkan. Samuel Glaspel tidak seperti biasanya, ia telah kehilangan. Ia telah kehilangan sesuatu yang menyebabkan kehilangan kekuatannya. Ia telah lamban dan ia butuh dijaga..Nah,.. waktunya telah habis. Kau kerjakan saja apa yang telah kutugaskan kepadamu. Jangan lebih dari itu.
ANTONIO Apakah papan caturnya harus saya singkirkan, Yang Mulia ?
SAMUEL Jangan..jangan disentuh ataupun diubah. Kita akan menyelesaikannya nanti ( Antonio berdiri ragu-ragu ) Nanti kau akan ku panggil dengan bel. Baiklah. Kulihat kau akan berkata sesuatu. Kau kira permainan kita tak dapat dilanjutkan ? kita lihat saja nanti.
ANTONIO Saya mohon kepada Yang Mulia agar….
VERKA MASUK BERSAMA Oscar YAKOB
Oscar Yakob menghadap....
Oscaryakob datang dengan gagah
SAMUEL Ooo..begitu ? Jadi kau yang bernama Oscar Yakob itu ? Bagus..bagus…begitu …!
OSCAR Ya, saya Oscar Yakob
SAMUEL Bois nastardas, Oscar Yakob.
OSCAR Bois nastardas, Samuel Glaspel.
SAMUEL Ternyata begitu sukar menjumpai saya, bukan ? Sukar bertemu muka dengan Samuel Glaspel !
OSCAR Tidak sesukar sebagaimana yang saya bayangkan, Yang Mulia.
SAMUEL : ( kepada antonio dan verka )
Nah..apalagi yang kalian tunggu ? Orang ini mempunyai sesuatu yang penting yang mesti disampaikan, tapi dia sepertinya seorang yang pemalu. Dihadapan orang banyak, tampaknya dia tidak bisa berkata apa-apa.
ANTONIO Yang Mulia…Saya akan menanti di koridor.
SAMUEL Nonsens. Nonsens…! Pergilah ke taman, carilah inspirasi untuk permainan kita nanti. Ayo, pergilah !
antonio dan verka pergi
SAMUEL : ( pada oscar yakob )
Saya ingin memandangmu baik-baik
Oscar Yakob Curiga
SAMUEL Ah..tidak ada orang lain yang mengintai kita. Kamar ini letaknya paling ujung dan berada di pojok bangunan. Di belakang, tak ada apa-apa selain jendela. Tak ada balkon dan tak ada lemari. Bukalah pintu dari mana kau tadi masuk. Tak ada orang di koridor. Boleh kau kunci jika kau menghendakinya..! Nah, kita tidak akan diganggu lagi. Baiklah, sekarang duduklah dan katakan apa yang kau inginkan.
OSCAR (tak bisa berkata apa-apa)
SAMUEL Tiba-tiba jadi bisu, ya ? Tak tahu bagaimana memulainya. Kemalu-maluan atau bagaimana ?
OSCAR Tidak. Saya berkata dalam hati.
SAMUEL Ah.. berkata dalam hati.
OSCAR Saya bertanya dalam hati, mengapa Yang Mulia memberi kesempatan ini.
SAMUEL Kesempatan ?!
OSCAR Kesempatan saya untuk membunuh Yang Mulia.
SAMUEL Begitu ? Kau mau membunuh saya ! jadi itukah soalnya ?! Baiklah. Dari tadipun saya sebenarnya sedang memikirkan hal itu, sekarang tentu saja saya menjadi lebih yakin lagi. Bagus. Nah, teruskanlah !
OSCAR ( tenang dan biasa )
Tuhan menyerahkan anda ke tangan saya.
SAMUEL Bah ! Janganlah Tuhan kita itu kita ikut-ikutkan. Buang kalimat tolol dan omong kosong itu. Saya sangsi, apakah Tuhan masih punya perhatian terhadap orang macam kita. Sayalah yang menyerahkan diri saya sendiri kepadamu. Persoalannya tidak lebih dari itu. Sebetulnya gampang saja saya bisa menjebakmu. Tapi tidak. Bahkan tak perlu sebenarnya pistolmu itu kau sembunyikan di balik kantongmu.
OSCAR ( sinis )
Yang Mulia rupanya bersuka hati.
SAMUEL Bukan, bukannya bersuka hati. Saya hanya tergoda ingin tahu, bagaimana kau memainkan pistolmu itu. Nafsu ingin tahu ini begitu meluap-luap barangkali. Keluarkan barang itu, Oscar Yakob. Silahkan !
OSCAR Yang Mulia, ini mendebarkan hati kita berdua.
SAMUEL Dan mengharukan, begitu ? Ya.. begitu mengharukan hati. Bagus, bagus Oscar Yakob.
OSCAR ( mengeluarkan pistol )
Jauhkan tangan anda dari bel itu. Dengan segala hormat Yang Mulia Samuel Glaspel.
SAMUEL Saya tak akan melakukannya. Kau takut mereka akan datang kemari kalau saya menekan bel ini, bukan ? Tidak… Apa saya terlalu tolol mengira kau takut ? Baiklah, baiklah. Kalau tangan ini saya gerakan, kau tentu akan menembak.
OSCAR Ya !
SAMUEL Nah, teruskanlah, saya tidak akan melakukannya.
OSCAR Tak akan ada seorang pun di atas bumi ini yang akan bisa menyelamatkan Anda, SAMUEL Glaspel !
SAMUEL Demikian juga halnya denganmu, Sobat. Kau toh tak akan bisa meninggalkan ruangan ini dengan selamat…ya..dalam keadaan sehat wal afiat.
OSCAR Saya akan mencoba keluar dengan selamat, Samuel Glaspel.
SAMUEL Tidak. Itu terlalu berlebihan rasanya. Saya memang membiarkan kau masuk, tapi saya tidak akan membiarkan kau keluar. Kau akan kehilangan kawan yang berguna, Oscar Yakob !
OSCAR Yang Mulia !
SAMUEL Begitu ?! Sinting sekali. Saya pikir orang-orang sejenismu membenci saya. Atau barangkali, kau hanya menjilat dengan cara menunjukkan perasaanmu itu ? Boleh. Jilatlah dengan caramu.
OSCAR Tak ada hasrat untuk menjilat Anda.
SAMUEL Ah, begitu ? Jadi saya akan menjalani sesuatu tanpa dijilat dahulu ?
OSCAR Perasaan pribadiku tak turut campur apa-apa dalam urusan ini. Aku alat Tuhan.
SAMUEL Lagi-lagi begitu. Apa hubungannya semua ini dengan Tuhan ? O, ya, apa kebetulan kau pandai main catur ?
OSCAR Kenapa anda bertanya begitu ( gelisah, gugup )
SAMUEL Sebab kau telah menengahi permainan catur saya itu. Antonio tadi mengancam saya untuk menskak mat dalam lima langkah. Tapi tidak, tidak semudah itu, Oscar Yakob.
OSCAR Saya telah cukup mendengar anda melucu, Samuel Glaspel.
SAMUEL Jadi kau tak bisa bermain catur ? baiklah, saya telah berjanji untuk meneruskan permainan itu nanti. Coba saja kita lihat nanti.
OSCAR Tentu saja Yang Mulia berhak mempunyai suatu kehendak.
SAMUEL Sudah saya katakan kepadamu, kalau kau telah bosan dengan wawancara ini, terserah padamu untuk mengakhirinya. Apalagi yang kau tunggu ? Kenapa kau jadi lamban ?
OSCAR Apakah Yang Mulia tidak ingin berdoa ?
SAMUEL Berdoa ? Siapa yang ingin mendengarkan doa dari orang macam saya ? Tidak ! saya lebih suka bicara.
OSCAR Terserah kepada Yang Mulia.
SAMUEL Ya, kita akan bicara sampai terkumpul keberanianmu untuk melaksanakan tugasmu itu.
OSCAR ( pemberontak yang gagah )
Tak perlu keberanian untuk menyelesaikan orang macam Anda.
SAMUEL ( tenang dan yakin )
Orang akan membutuhkan keberanian biar untuk membunuh seekor tikus sekalipun.
OSCAR SAMUEL Glaspel, saya adalah orang yang terpilih !
SAMUEL Oo..begitu ? Jadi pilihan jatuh kepadamu. Suatu kehormatan. Suatu keistimewaan. Kau menganggapnya begitu, bukan ? Dan sebagai seorang pemeberontak kau punya cita-cita politik, bukan ?
OSCAR Saya tak punya cita-cita politik.
SAMUEL Tak punya cita-cita politik ? Oo.. begitu ! dan juga tak ada kebencian perseorangan. Lalu apa ? Coba ceritakan padaku.
OSCAR Saya seorang petani, bapak saya seorang petani, dan kakek saya juga seorang petani. Anda seorang bangsawan, nenek anda seorang bangsawan dan pangeran. Ini adalah masalah penderitaan dan perbudakan melawan sejarah kekejaman dan penindasan. Saya tak akan peduli. Hari ini saya hanya memikirkan hari kemarin dan hari yang akan datang. Tindakan anda selalu sangat kejam dan keras, tak usah diragukan lagi, itu pun saya tak peduli. Saya tak akan menurut campurkan semua itu dalam hal ini. Bahkan penderitaan saya sendiripun tidak saya libatkan. Semuanya tak berarti telah mendorong saya untuk melakukan perbuatan ini. Anda dan saya tak cukup berarti apa-apa. Ini adalah kasta melawan kasta. Saya menggabungkan diri dalam partai revolusioner, betul ! Anda menamakan saya agen mereka, ya ! Meskipun saya tak tahu cita-cita mereka untuk negara ini. Saya tak mempedulikannya, saya hanya mengerti bahwa gerombolan pada siapa saya bergabung, adalah perjuangan yang mewakili gelora hati saya. Saya menuruti mereka karena saya merasa berhak untuk mendendam darah dan kelahiran saya.
SAMUEL Yah..kau orang fanatik.
OSCAR Adalah hukum alam bahwa saya melawan anda.
SAMUEL Ahaa…jadi secara alam kau memusuhi saya ? sejarah penindasan melawan sejarah penindasan, begitu ? Hari ini kau telah melupakan segala-galanya, bukan ? Duka deritamu yang tak seberapa, dan kekejaman yang juga tak seberapa, kau anggap tak perlu diperdulikan ? kau hanya berpendapat, dirimu tak lebih dari tangan dendam satu kasta terhadap kasta lain. Oh..kau digerakkan debu-debu bangkai nenek moyang, bukan ? Kau memukul udara dengan gada asap. Kau terjerumus ke dalam kedangkalan dan kepicikan. Apa yang kau kerjakan kini adalah hinaaan yang fanatik terhadap keadilan.
OSCAR Tanganku sudah gatal, Samuel Glaspel ! ( mengancam )
SAMUEL Tunggu ! ( tenang )
Masih ada suatu hal yang ingin saya katakan, sesuatu yang akan kau kenang di antara waktu kau membunuh dan kau dibunuh. Sebenarnya Oscar Yakob adalah saya bukan Kau!
OSCAR Omong kosong apa lagi ini ?
SAMUEL Kaulah Samuel Glaspel.
OSCAR Gila…Anda gila ! ( ancaman pistol )
SAMUEL Tunggu ! Ketika kau masih kanak-kanak, kau punya saudara pungut. Kau biasa berkejaran di ladang, kau biasa tiduran bersamanya, bertengkar memperebutkan boneka barang mainan. Ketika kau berumur tujuh tahun seseorang yang menunggang kuda datang dari bukit utara dan membawa saudara pungutmu itu pergi. Dan apabila kau menangis mencarinya, ayahmu memukulmu. Apakah kau masih ingat semua itu ?
OSCAR Ya, saya masih mengingat semua itu dengan baik. ( Datar )
SAMUEL Ayahmu meninggalkan ibumu pada tahun berikutnya. Tak lama kemudian ibumu meninggal dunia. Ia tak pernah menceritakan perihal saudara pungutmu itu. Kau lalu pergi ke rumah pamanmu dan akhirnya kau di sana magang pada tukang sepatu.
OSCAR Cukup ! Anda tak bisa mempesona saya dengan riwayat hidup saya sendiri. Itu tak membuktikan apa-apa. Spion-spion Anda mesti tahu apa saja perihal siapa saya dulu, siapa saya sekarang, bagaimana saya ini dan bagaimana saya itu.
SAMUEL Ya.. memang cukup semua itu. Seperti kau katakan tadi, itu tak membuktikan apa-apa. Tapi toh kita berdua bersaudara angkat.
OSCAR Apa buktinya ?
SAMUEL Ibumu yang baik hati rupanya telah tertarik pada sebuah lelucon yang tak menguntungkan. Ia telah mengirimkan anaknya sendiri agar dibesarkan sebagai anak bangsawan, sedang seorang pangeran yang dititipkan kepadanya untuk melindunginya dari bahaya seorang Jendral Markais telah ia kirim ke Brudenburg, untuk menempuh hidup yang kau..kau sendiri tahu macam bagaimana itu.
OSCAR Beri saya buktinya.
SAMUEL Saya tidak akan memberikan ciri atau bukti kepadamu.
OSCAR Aha..apa lagi sekarang ? Apa lagi yang akan Anda dongengkan kepada saya ?
SAMUEL Sayalah anak petani itu dan kaulah bangsawan itu. Saya dan kau adalah anak petani itu. Mengertikah kau sekarang, mengapa saya katakan tugasmu itu adalah tugas yang kegila gilaan?
OSCAR Bohong ! Bohong ! Apa pula tujuan Anda berbohong ?
SAMUEL Tidak ada.
OSCAR Apakah Anda mengharapkan saya membuang pistol ini keluar jendela dan memeluk Anda sebagai saudara tua ?
SAMUEL Saya tak mengharapkan apa-apa. Saya insyaf, saya adalah orang mati yang berbicara dengan orang mati.
OSCAR Bohong ! Bohong dari puncak sampai ke dasarnya !
SAMUEL Benar 100%, tak ada alasan bagi saya untuk membohongimu. Kau sendiri yang tadi bertanya, bukan ? Kenapa kau diberikan kesempatan untuk membunuh saya. Apa yang kau rencanakan sudah terjadi beberapa minggu yang lalu. Samuel Glaspel telah kehilangan keseimbangannya. Saya sesungguhnya ingin bunuh diri. Saya harus mati. Tapi kematian macam apa, saya tidak mengetahuinya. Itulah sebabnya kau datang tidak digeledah. Kaulah yang menjalankan kematian itu.
OSCAR Itu sajakah alasan anda untuk bertemu dengan saya ?
SAMUEL Apakah tidak cukup kuat alasan untuk bertemu dengan memberi kematian itu ?
OSCAR Haih..apalagi yang akan Anda ceritakan ?
SAMUEL Saya hanya minta agar kau segera menyelesaikan tugasmu. Kecuali kau merasa berat untuk membunuh..saudara angkatmu… Oscar Yakob yang sebenarnya….Apabila demikian halnya, pintu masih terbuka bagimu.
OSCAR ( tajam )
Manis Sekali, Mengharukan Sekali. Kembali, dan mengatakan pada seluruh teman-temanku bahwa Oscar Yakob telah melepaskan Samuel Glaspel yang bengis itu dari ujung pistolku karena dia telah menceritakan sebuah cerita anak-anak tentang dua orang saudara angkat yang mengharukan ? Tidak ! ( mengokang pistol )
SAMUEL Bunuh saya kalau begitu !
OSCAR ( Membidik )
Saya….
SAMUEL Tembaklah !
OSCAR Saya tidak bisa. Bagaimanapunjuga ada kemungkinan yang Anda katakan itu benar.
( meletakkan pistol ) Bagaimanapun, saya tak dapat hidup kalau itu dusta dan demi Tuhan, saya akan mati kalau itu benar.
SAMUEL Pendeknya, bagaimanapun juga kita berdua harus mati.
OSCAR Ya, demikianlah. Tapi aku tak berani bunuh diri. Harus ada jalan keluar, harus ada jalan lain.
SAMUEL Apakah kau cukup berani untuk minum racun ? Ya, bagus..Lihatlah cincin ini. Kalau saya tekan sebuah pernya, begini, nah..ada tepung yang hebat di bawah akiknya. Lihat ! Kemudian kita undi, salah satu dari kita akan minum racun dan seorang lagi menggunakan pistol. Gampang bukan ?
OSCAR Ya, sekarang jadinya saya mengetahui tipu muslihat Anda sebenarnya. Bohong ! Setiap kata anda adalah bohong ! Saya bisa menduga dengan jelas anda memang tukang sulap yang licik seperti setan. Tapi saya tak mau diundi dengan orang sejenis anda.
SAMUEL Pakailah caramu kalau begitu. Lihatlah racun ini. Lebih dari cukup untuk kita berdua. Ambillah anggur sendiri dan bagi dua sendiri dalam dua gelas. Satu untukmu, dan satu lagi berikan pada saya. Dan untuk memuaskan hatimu, biarlah saya yang meminumnya terlebih dahulu.
OSCAR Anda akan bersikeras sampai saat terakhir, bukan ? Baiklah, kita lihat saja nanti
( mencampur dan sebagian untuk samuel glaspel )
SAMUEL Untuk kematian yang nikmat, Saudara Angkatku ( Minum )
OSCAR Aha…ternyata Anda memang seorang pemberani ( mengangkat gelas dan berhenti )
Bagaimana..bagaimana kalau anda saya tinggalkan sekarang ? Bagaimana ?
SAMUEL Para pengawalku telah saya perintahkan untuk menangkapmu begitu kau keluar.
OSCAR Dalam hal ini, untuk penebusan dosa-dosa anda, Saudara Angkatku ( minum )
SAMUEL Duduklah !
OSCAR ( duduk tapi tegang )
Apakah kita harus menunggu lama ?
SAMUEL Mungkin lima menit. Itu tadi ramuan tidur yang dinamakan sebagai pelupa diri yang sempurna. Saya percaya bahwa ia bekerja tanpa mendatangkan kesakitan. Saya telah diberi tahu, nanti kita akan menjadi mati perasaan dan indera kita. Apakah kau merasa ngantuk ?
OSCAR Tidak. Saya tidak takut mati, Sobat ! ( menatap tajam )
SAMUEL Angkatlah tanganmu.
OSCAR Rasanya sangat berat. Apa anda takut mati, Yang Mulia ?
SAMUEL Tidak. Saya tidak takut mati, Sobat ! ( menatap tajam )
OSCAR Sa…saya juga tidak.
SAMUEL Sekarang gerakan kakumu.
OSCAR Tak bisa. Aneh…saya merasa….perasaan saya mati.
SAMUEL Demikian juga saya, Sobat. Dapatkah kau bangkit dari kursimu ?
OSCAR ( pelan ) Sa...ya...tidak bisa menggerakkan tangan saya. Barangkali saya bisa menggerakkan tangan saya. Barangkali saya bisa bergerak kalau saya berusaha keras … tetapi saya telah kehilangan kemauan saya …..sssa…ya … merasa sakit, hanya kepala berdenging denging.
SAMUEL Be…gitukah ? Apakah kau masih mendengar suara saya dengan baik ?
OSCAR Ya …saya masih medengar.
SAMUEL Hmmm… he….ehe..he….( tertawa panjang dan sinis )
OSCAR Katakan demi dosa-dosa Anda, apakah yang Anda ceritakan tadi benar ? Dan benarkah bahwa SAMUEL Glaspel itu saya sendiri ?
SAMUEL Demi dosa saya he…he…he ?
OSCAR Apabila semua itu benar, saya mohon anda bisa memaafkan saya.
SAMUEL Tak ada yang harus dimaafkan.
OSCAR ( terasa mendekati ajalnya ) Terima kasih
SAMUEL Demi penebusan dosaku, Oskar Yakob, apa yang telah aku ceritakan tadi adalah dusta belaka
( bertatapan ) Aku telah berdusta padamu. Aku bukanlah saudara angkatmu. Engkaulah Oscar Yakob dan aku adalah Samuel Glaspel. Aku telah berdusta padamu.
OSCAR ( berusaha untuk berdiri mengambilkan pistol, tapi keburu direbut samuel glaspel, akhirnya lemas )
SAMUEL ( Berdiri Di Depannya )
Nah, sekarang kau masih bicara, bukan ?
OSCAR Kau Iblis ! Kau pembohong ! Setidak tidaknya kau tak bisa lolos dariku. Aku tak perlu lagi menghantammu.
SAMUELTertawa Panjang
OSCAR Baiklah ejeklah aku ! Aku toh tak dapat menghindarinya.
SAMUEL Aku tak akan mati Oscar Yakob ( sinis )
OSCAR Teapi kau juga minum racun, bukan ? Aku melihatnya. Kau akan mampus Samuel Glaspel !
SAMUEL Ya, kita berdua minum. Matamu tak pernah lepas dariku. Dan kau belum mau minum sebelum aku menghabiskan minumanku sampai tetes terakhir. Bukankah begitu ?
OSCAR Aku melihat kau minum apa yang kau minum.
SAMUEL Begitulah. Ini adalah tipu muslihat Timur. Kalau kau mau tahu, seseorang dalam keadaan terus menerus takut akan diracuni, lama kelamaan, sedikit demi sedikit akan tumbuh kekuatan di dalam dirinya untuk melawan racun yang bagi orang lain menimbulkan kematian. Demikian juga aku. Kebiasaan berhati-hati yang sangat fantastis, sudah menjadi kebiasaanku berhubung jabatanku ini. Setiap saat aku selalu berhati-hati dan bersiap-siap terhadap racun. Kebiasan yang bertahun-tahun itu mendatangkan kekuatan dalam tubuhku. Kau masih mendengar suaraku, bukan ? Inilah gunanya mengetahu pengetahuan Timur. Aku bisa menyombongkan diri padamu bahwa aku bisa menghabiskan dua-tiga gelas lagi tanpa mengalami gangguan apa-apa. Tetapi satu gelas saja sudah dapat membunuhmu ( Oscar Yakob Berusaha Untuk Menerkam Tapi Jatuh Berpegangan Kursi ) Tak ada faedahnya, Oscar Yakob. Aku menasehatkan padamu supaya berpegang erat-erat pada kursi itu.
OSCAR ( terengah engah suaranya meninggi tapi tersedat )
Kenapa…kenapa kau berbuat begitu padaku Samuel Glaspel ?
SAMUEL Demi sorga. Saya punya hukum alam dan kau punya hukum alam, bukan ? Kau teroris, kau anarkis, kau juga jagal darah saudara lelakimu ; berjaga di jalanan kota dan mencabut nyawa kerabat dan sahabat-sahabatku…pembela kestabilan negara, pembela kekuatan pemerintah… apakah ini bukan apa-apa ? Apakah tidak ada lagi tuntutan fantastis ? Nah..Tuhan menyerahkan dirimu ke tanganku. Aku alat Tuhan dan bukan Kau, Oscar Yakob. Masihkah kau mendengar aku ?
OSCAR ( berat )
Yaa…
SAMUEL Bagus…bagus satu hal lagi, kenapa aku mau mempertaruhkan nyawa untuk mengambil nyawamu. Kau ingin tahu bukan ? Kenapa aku membiarkan saja kau masuk dengan bebas ke kamar ini ? Kau ingin tahu juga kalau kau masih punya tenaga ? ( tertawa ) Sebab ialah karena orang telah mulai mengira bahwa Samuel Glaspel sudah tidak seperti biasanya. Dan aku pun sudah mulai sangsi dengan kecerdikanku sendiri. Maka dari itu, aku ingin menguji diriku sendiri, aku harus melemparkan diriku sendiri ke tengah pusara. Aku harus berhadapan dengan moncong pistolmu itu. Aku seterusnya harus menggencet hidupku dengan hidupmu dalam sebuah perjuangan mati-matian, di mana aku tak punya senjata dan tak mungkin mendapat pertolongan dari siapapun, kecuali ini
( menunjuk ke otaknya )
OSCAR Kau Iblis, bangsat. Kau keparat ( menyerang dan jatuh ke lantai )
SAMUEL Begitu…begitu…sudah tamat, bukan ? Baiklah..baiklah.
( mengambil alas untuk menutupi tubuh oscar yakob dan minum, kemudian membunyikan bel dan mulai menekuni lagi papan catur itu )
VERKAmasuk
VERKA Apakah Yang Mulia memanggil saya ?
SAMUEL Panggil Antonio ! Permainan catur akan segera dilanjutkan.
VERKA Segera, Yang Mulia ( keluar )
SAMUEL Begitu menterinya, kemudian pionnya, tidak. Ya…ya..aku tahu sekarang. Aku dapat akal. Demi sekian penghuni, tidak bisa jalan lagi.
ANTONIO ( masuk dengan kagum )
Yang Mulia….Yang Mulia telah menghakimi sendiri orang ini sendiri ?
SAMUEL Antonio…permainan caturnya kita lanjutkan. Kau lihat langkahku untuk menghindari skak matmu itu. Begini !
salah satu pementasan paling ribut yang pernah saya saksikan. inilah hal pertama yang saya ucapkan. maklum saja, penontonnya merupakan penonton pemula yang sebenarnya tidak ingin lihat pementasan drama tetapi hanya karena tugas sekolah, melihat teman bermain, atau sekedar menemani. hasilnya, sekali lagi, salah satu pementasan paling ribut yang pernah saya saksikan. saya pernah membaca naskah asli nyonya & nyonya karya motinggo busye yang menjadi acuan sutradara pementasan kali ini. bahkan saya yang mempresentasikan naskah ini padanya. pementasan menjadi liar. dibuat "aneh" karena kebimbangan saya terhadap bentuk yang diambil. terombang ambing antara realis dan suryalis. sehingga kebingunganpun sempat datang. ada beberapa kelemahan dalam pementasan kali ini. pertama, seringnya black out. pemilihan black out yang dilakukan oleh sutradara yang terlalu sering membuat penonton yang sekedar membeli tiket atau penonton beneran tertipu. tiap kali black out selalu ada tepuk tangan. padahal tepuk tangan penonton ini mempengaruhi kondisi pementasan itu sendiri. pemain bisa menjadi berusaha agar lekas menyelesaikan pementasan. padahal ada lebih dari sepuluh kali black out. dan ketika pementasan benar-benar usai, penonton malah tidak melakukan tepuk tangan, mereka pikir mungkin masih ada adegan lain karena seperti itu sebelumnya. mata penontonpun jadi mudah lelah, akhirnya tidak fokus. apalagi bagi penonton "penontonan". kedua, kelemahan aktor. kelemahan dasar-dasar keaktoran cukup kentara. vokal yang lemah dari beberapa aktor seperti Ny. Samirah, pembantu, dan Tuan Tabrin membuat penonton makin tidak vokus. begitu pula pada laku dan ekspresi yang terlihat kaku dan tegang. saya juga ragu mereka faham dengan karakter yang mereka bawa. ketiga, bentuk pementasan. bentuk pementasan yang menjadi kewenangan absolut sutradara terlihat aneh. sama seperti yang saya utarakan pada awal catatan ini. sebagai calon mantan mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia, saya bingung harus di masukkan mana pementasan ini. di kotakkan dalam kotak mana. akhirnya saya paksakan masuk dalam kotak pementasan realis. ya. realis, meski ada beberapa adegan yang dibuat agak aneh tapi tetap garis besarnya adalah realis. keempat, pesan tak tersampai. saya mengira-ngira pesan dalam pementasan ini. berusaha keras hingga saya menyimpulkan bahwa pesan pementasan ini ialah tentang keluarga. ya, hanya keluarga. padahal di dalam naskah asli yang telah dipentaskan oleh banyak kelompok teater lain, pesannya jelas. sesuai dengan keinginan penulis naskah. sebuag sindiran terhadap kehidupan para pejabat koruptor.
tanpa mengurangi rasa hormat. saya sampaikan bahwa pementasan ini membuat saya malas untuk melihatnya. sama dengan pementasan teater SMA muhammadiyah 2 surabaya beberapa waktu lalu. membuat saya ingin cepat keluar. tapi tetap saja. sebagai penonton yang pura-pura baik saya ucapkan selamat! semoga esok kau lebih baik, wahai Teater Kedok ku. salam budaya!!
Setelah kematianku apakah kau bahagia, Ibu? Kalau aku merasa lebih baik 8 bulan di rahim mu aku sesak
Lelaki yang tak mencintai dan kau ibu yang mendustai
Ibu, apakah kau menangis? karena aku atau darah yang mengalir Aku hanya 1 ons diantara Jins dan karetmu malu kau tunjukkan aku. dulu
Ku lebih bahagia tak jadi dilahirkan dengan nyawa sebab aku tahu dunia yang kau punya hanya tipu Cinta hanya untuk pencuri dan penipu Bahagia langka bagai Rasul yang hanya 25
Ibu, aku tak menunggumu di Surga Takkan ada do'a kau agar denganku Aku dendam padamu Aku benci padamu meski dendam dan benci hanya untuk yang bernyawa
judul tulisan ini sama dengan buku pertama dari dua buku stanislavski karena memang dari bapak teater modern itulah saya mengambil bahan dalam serial persiapan menjadi seorang aktor. hal pertama yang stanislavski tuturkan ialah mengenai penciptaan. dalam hal ini ialah penciptaan rasa seorang aktor sebelum ia memulai sebuah latiahan pertama. ia mengatakan bahwa menumbuhkan keinginan untuk mencipta itu sesuatu yang sukar, tapi mematikannya ialah hal yang mudah. hal pertama yang saya perhatikan ialah frase "menumbuhkan keinginan". ternyata keinginan merupakan sesuatu yang amat penting dalam memulai sesuatu, anggap saja seperti niat sholat. tanpa keinginan tak akan ada hal yang terjadi sebab keingian dan gerak memiliki hubungan mesra sebab-akibat. kalau orang zaman dahulu bilang, tak ada asap bila tak ada api, tak kenal maka tak sayang. selanjutnya, "mencipta itu sesuatu yang sukar". kenapa? karena memang begitu! contoh kasus, ketika anda sekolah dahulu anda diperintahkan membuat puisi oleh guru anda. apa yang ada rasakan pada awalnya? bingung? malas? atau malah gembira ria karena anda memang sedang melankolis? masalah dalam penciptaan dalam teater bukan hanya masalah bentuk itu saja, bukan hanya pada dialog dan gerak karena teater merupakn kepanjangan tangan dari naskah drama yang merupakan karya sastra. karya sastra atau lebih mudahnya saja kita bilang seni biar lebih luas mestilah memiliki dua hal. pertama, dulce yang bermakna indah. kedua, utile yang bermakna bermanfaat. jadi seni itu haruslah indah dan bermanfaat, begitu pula sebuah pertunjukkan teater. setelah kita mengetahui apa yang indah dan bermanfaat yang akan kita ciptakan dalam sebuah lakon sebagai seorang aktor barulah kita memulai sebuah latihan. proses mengetahui tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara. misalnya, bedah naskah dengan sutradara, dan anggota bidang artistik serta para aktor. dalam bedah naskah tersebut sutradara akan memberikan pandangannya terhadap naskah drama yang akan ia sutradarai, apa yang ia mau, dan apa yang akan ia lakukan terhadap bentuk, karakter, dan taste naskah tersebut. tugas aktor dan anggota bidang artistik ialah mengakomodasi keinginan sutradara kedalam ide yang ia punya. sehingga akan terjadi diskusi panjang tentang pandangan naskah tersebut antara mereka. setelah jalur pertunjukkan naskah tersebut terlihat, maka dimulailah proses latihan.
malam lalu ada bulan lewat kepala dia bilang permisi dengan bungkuknya yang kaku aku hanya senyum. bingung mesti bagaimana ia pun berlalu begitu
setelahnya, aku merenung nasib besok adik kecil masuk Taman kanak-kanak kenapa pula lebih mahal dari sekolah dasar? sepeda telah tergadai untuk kakaknya tapi masih ada kasur. biar kami tidur dengan tikar asal adik dan kakaknya bisa sekolah
aku jadi ingat! kenapa tak ku titipkan doa saja pada bulan mumpung ia tadi lewat depan rumahku ah! aku khilaf. sungguh aku lupa. mak pleng!! pada siapa pula aku titipkan doaku? sebab aku tahu. tuhan malas dengan orang miskin dan tidak beriman.
tapi mana sempat aku bicara iman kalau lapar kalau anak belum bisa sekolah besar kalau istri bunting besar tapi tak ada uang. dan kalau aku bahkan tak punya sarung untuk bersujud
kiai-kiai itu hanya bicara besar tentang surga dan neraka mereka bicara iman diantara sedekah melimpah tiap jumat sementara kami hanya jadi cecunguk yang mesti minta-minta mereka cuma bilang kami kafir kalau menjual iman dengan beras dan mie goreng tapi kenapa kami tak dibantu? mereka itu penipu! yah, ada juga yang benar tapi hanya satu-dua
"sayang, kok belum tidur? besokkan mau sekolah" sekecil bangun. mungkin mau pipis ia bilang kalau tadi ia bicara dengan setan si adik minta dibelikan sepatu dan seragam juga buku dan uang saku untuk adik dan kakaknya "kamu ndak takut toh ketemu setan, sayang?" "buat apa takut? dia cakep. mirip bintang india" saya termenung kembali setelah si adik tidur.
tiba-tiba datang seorang berkopyah mewah dengan batik dan sepatu mengkilat. ia dikerubuti wartawan dan polisi Wong gagah itu menyerahkan sekardus hadiah ada sepatu, seragam, buku dan uang setelah jeprat jepret sana-sini ia pun berlalu
setelah kau kecup bibir ku. aq merasakan nyawa ku terbawa sebagian oleh nafasmu. mimpi untuk bersama bukan hanya 1-2 tahun. mimpi ini ingin membawamu lebih jauh,sayang.
masih ku rasakan manis matamu. memelukku dengan lembut dan kasih. aku yakin it cinta. namun aku tau, keyakinan tak selalu sejalan.
mimpi siang malam hanya berdua. denganmu saja telah cukup penuhi hatiku. sayang, aku melihatmu. apakah kau juga?
dan kau pun mengerti, bahwa mimpi ini. mimpi yang ku bawa bukan hanya untukku. tapi jua untuk kita. Tuk tiap yang memeluk kita. tersenyumlah. dapur kita masih cukup luas untuk kau tanami angka dan kata. biarkan ia tumbuh. Pupuk. Bentuk. wanitaku, kecup bibirku. Katakan selamat tidur. ku peluk kau hingga senja.
subuh menggapai darat dari langit. kami makin lelap. bisingnya panggilan malah meninakbobokan kami. ada kursi merah d pojok kamarku. sejadah dan sarung tergantung. rapi benar. Tak tega aku merusaknya.
subuh masih bergelayut di antara jendala. aku pandang jemu. pilih ku pada kasur tertuju.
Bapak, malam t'lah larut detaknya mencapai dua tapi kau belum sampai jua aku rindu. aku kangen dengan bau keringat dan asap dari tubuhmu.
tadi pagi kau berangkat lebih awal adik minta sepatu baru ia merengek seak seminggu lalu tumitnya terbuka ia jadi malu sekolah mengoloknya karena ia tak mampu
diluar agak gerimis, rintiknya bermusik di genting kita apakah kau lupa penutup kepalamu? jangan sakit, bapak aku tak mampu sendiri jadi buruh cuci takkan mampu untuk bernafas
bapak, tadi sore yang punya rumah minta uang kos. telh enam kali aku bilng besok bu Haji ini marah. mengumpat mengancam mengusir kita
tetangga tak ada peduli mereka sama diumpat, diolok, diancam ole hidup
ingatkah kau ketika dulu. dulu sekali, ketika kau lamar aku hari itu kau datang dengan sarung dan peci lusuh terbaikmu dengan tegas kau bicara "Pak, saya ingin melamar Narti" malam itu aku tersipi tak tahan merasakan lagi janjimu
kau menepatinya, kau bawa aku ke kota kita tidur di stasiun berdua makan sehari sekali kita berdua hingga rebutan raskin pun kita berdua sampai saat ini ditengah gerimis dan tahi ayam aku masih merasakan bara sayang itu
tong! tong! tong! ting! tung! tang! tang! ada ribut-ribut di luar aku longokkan kepala menembus jendela orang lalu lalang sambil berlari gila ada yang bawa kasur, TV, lemari, kursi, tikar, bantal, hingga parabola. meeka pada teriak kebakaran! kebakaran! kebakaran! kebakaran! anak-anak jadi bangun. ku suruh saja pergi ke depan gang. mereka langsung lari tak peduli. tak sempat cium kening atau salam.
bapak, aku masih menunggu sendirian persis seperti yang kau minta. Narti menggumu,pak.
muharram, 25 Juni 2010. -refleksi cinta dan ketulusan-
jadi kangen..,
buat ikutan gerak.
@gerak apa, say?