Biduk Hitam
aku menikah di telaga utara
yang hitamnya mengalahi hitam kopi paling hitam
malam pertama tak ada
sebab malam dan siang menyatu
dalam nafas kami yang tak kentara
sebuah biduk buat kami berpijak
mulai retak di hantam nafas
kami yang menderu
saling berlari mengejar debu
suatu hari nanti aku berjanji
pada sang biduan hati
papan-papan akan tertancap
jerami akan menyatu menutupi ketelanjangan kami
agar gelap tak menghimpit dingin
disitu. di janji itu
aku selipkan harapan dan kebohongan
sebab aku tahu pohon dan belukar takkan mampu
hidup tanpa cahaya
tapi kau masih saja percaya
kekasih, wajahmu yang tak ku tahu
ialah panorama gelap
yang meregangkan cahaya sukma
sama seperti dulu
ketika cahaya ialah kegelapan
dalam tiap rahim yang ku tinggali
aku menikahimu dengan sederhana
disaksikan debu dan Yang Esa
kekasih,
Muharram, 21 September 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berikan kesanmu dengan kata yang bijak.
bagi yang tidak memiliki akun bloger visa pakai pilihan anonim, tapi beri nama kamu.